Sanchez menjelaskan bahwa niatnya adalah untuk mendukung Otoritas Palestina yang terkepung, yang kehilangan kendali politik efektif atas Jalur Gaza ke tangan Hamas. Dia memaparkan visinya untuk sebuah negara yang diperintah oleh Otoritas Palestina yang harus menghubungkan Tepi Barat dan Jalur Gaza melalui sebuah koridor dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Otoritas Palestina yang didukung Barat mengelola sebagian Tepi Barat yang diduduki Israel, bekerja sama dengan Israel dalam masalah keamanan, dan mendukung solusi dua negara yang dinegosiasikan. Pasukannya diusir dari Jalur Gaza oleh Hamas ketika militan tersebut merebut kekuasaan di sana pada tahun 2007.
Palestina telah lama menginginkan negara merdeka, yang mencakup Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur, wilayah yang direbut Israel dalam Perang Tahun 1967. Gagasan tentang koridor darat yang menghubungkan Jalur Gaza dan Tepi Barat melalui Israel telah dibahas dalam putaran perundingan perdamaian sebelumnya, namun tidak ada perundingan perdamaian yang serius atau substantif yang telah dilakukan selama lebih dari 15 tahun.
“Kami tidak akan mengakui perubahan pada garis perbatasan tahun 1967 selain yang disepakati oleh para pihak,” tambah Sanchez.
“Lebih jauh lagi, keputusan ini mencerminkan penolakan mutlak kami terhadap Hamas, sebuah organisasi teroris yang menentang solusi dua negara. Sejak awal, Spanyol mengutuk keras serangan teroris pada 7 Oktober 2023. Kecaman yang jelas ini merupakan ekspresi tegas dari komitmen teguh kami dalam memerangi terorisme. Saya ingin menggarisbawahi bahwa mulai besok, kami akan memfokuskan semua upaya kami untuk menerapkan solusi dua negara dan mewujudkannya.”
Slovenia dan Finlandia Menyusul?

Meski sekitar 140 negara telah mengakui negara Palestina – lebih dari dua per tiga negara yang tergabung dalam PBB – namun, dari jumlah itu tidak ada negara besar di Barat. Dan kini, langkah yang dilakukan Spanyol, Norwegia, dan Irlandia dinilai akan memberikan tekanan kepada negara-negara besar Uni Eropa, seperti Prancis dan Jerman, untuk mempertimbangkan kembali posisi mereka.
Di lain sisi, sejumlah negara memberikan sinyal akan menyusul Langkah Spanyol, Norwegia, dan Irlandia.
PM Robert Golob dari Slovenia mengatakan pada hari Senin bahwa pemerintahannya akan memutuskan pengakuan Negara Palestina pada hari Kamis dan meneruskan keputusan tersebut ke parlemen untuk persetujuan akhir.
Stasiun penyiaran negara Finlandia, YLE, pada hari Selasa mengutip pernyataan Presiden Alexander Stubb yang mengatakan bahwa negara Nordik itu juga akan mengakui Negara Palestina di masa depan.
AS dan Inggris, antara lain, mendukung gagasan Negara Palestina merdeka bersama Israel. Namun, mereka mengatakan hal itu harus dilakukan sebagai bagian dari penyelesaian yang dinegosiasikan.
Sementara itu, pemerintah Irlandia mengatakan akan menunjuk seorang duta besar dan mendirikan kedutaan penuh di Ramallah. Norwegia akan meningkatkan kantor diplomatiknya di Tepi Barat menjadi kedutaan besar. Spanyol mengatakan untuk saat ini, mereka akan mempertahankan konsulatnya di Yerusalem, meskipun Israel mengatakan bahwa konsulat tersebut tidak akan diizinkan untuk melayani warga Palestina.
Menteri Luar Negeri Norwegia Barth Eide menambahkan pada hari Selasa bahwa sangat disesalkan pemerintah Israel tidak menunjukkan tanda-tanda keterlibatan secara konstruktif.
“Pengakuan tersebut merupakan ekspresi dukungan yang kuat terhadap kekuatan moderat di kedua negara,” imbuh Eide.