ISTANBUL (sukabumiNews.id) – Dua bulan berlalu sejak operasi Hamas Badai al-Aqsa diluncurkan pada 7 Oktober sebagai tanggapan atas pelanggaran hak asasi manusia dan serangan terhadap Masjid Al-Aqsa yang dilakukan Israel.
Hingga saat ini militer Israel masih melancarkan serangan udara dan darat yang intens di Jalur Gaza.
Setelah kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera, kini pengakuan dari sandera-sandera yang dibebaskan pun mulai bermunculan di berbagai media.
Salah satu sandera yang ditawan oleh Hamas mengatakan bahwa helikopter Israel terus menembaki mereka saat mereka berada di Gaza.
Sebuah penyelidikan menyimpulkan bahwa pengakuan dari sandera tersebut dirilis oleh saluran berita CNN yang berbasis di Amerika Serikat (AS).
Dalam sebuah laporan CNN berjudul: “Audio pertemuan panas yang bocor mengungkapkan kemarahan para sandera terhadap Netanyahu,” ditekankan beberapa catatan perbincangan dalam pertemuan Netanyahu dengan warga Israel yang dibebaskan oleh Hamas.
Pengakuan sandera yang mengatakan helikopter Israel menembaki warga sipil Israel termasuk di dalam paragraf keempat berita tersebut.
“Seorang wanita yang dibebaskan bersama anak-anaknya tanpa suaminya berkata dalam sebuah rekaman: Kondisi yang kami rasakan di sana tidak ada seorang pun yang melakukan [tindakan buruk] apa pun terhadap kami.”
“Kenyataannya adalah tempat persembunyian kami dibom dan kami harus dialihkan keluar [menghindari serangan] dan kami terluka. Kecuali itu [pada 7 Oktober] “Helikopter Israel menembaki kami dalam perjalanan ke Gaza,” kata wanita itu.
Pernyataan tersebut keluar dari catatan rekaman audio pertemuan antara Perdana Menteri Israel Netanyahu dan para sandera yang dibebaskan oleh Hamas.
Dalam rincian pertemuan yang dibagikan oleh Ynet, salah satu situs berita terkenal Israel, para sandera dan kerabat mereka yang bertemu dengan Netanyahu sangat marah kepada Perdana Menteri atas serangan udara di Gaza.
Dalam rincian beritanya, seorang mantan sandera Hamas mengatakan, “Setiap hari di tempat penawanan sangatlah sulit. Kami berada di dalam terowongan dan kami takut bahwa yang membunuh kami adalah Israel, bukan Hamas.”
“Lalu selanjutnya, mereka [Israel] akan mengatakan bahwa Hamas telah membunuh kami. Itu sebabnya kami sangat mendesak pertukaran tahanan dimulai sesegera mungkin dan semua orang bisa kembali ke rumah mereka,” kata seorang sandera yang dibebaskan, sambil menyerukan gencatan senjata kepada Netanyahu. (**)