Ketakutan tersebut bukannya tidak berdasar. Di provinsi tetangganya, Banten, bulan lalu, fasilitas penyimpanan dibanjiri oleh hujan lebat, menyebabkan ratusan surat suara dimusnahkan.
Pemungutan Suara di Desa
Di Papua, keamanan akan diperketat di daerah pegunungan karena kelompok separatis terus melakukan serangan terhadap pegawai pemerintah dan warga sipil.
Namun pemberontak bersenjata bukan satu-satunya tantangan pemilu di Papua, yang berbatasan dengan pulau Papua Nugini yang merdeka.
Pemilih di daerah terpencil di kawasan kaya mineral akan menggunakan sistem pemungutan suara komunal yang disebut Noken, di mana seorang kepala desa mewakili komunitasnya di kotak suara.
Hal ini merupakan tantangan terhadap konsep pemungutan suara langsung, dan para pejabat setempat mengatakan bahwa sistem ini rawan penipuan, mengingat praktik jual beli suara sudah marak di negara ini.
“Masyarakat tidak bisa berkata apa-apa, mereka mungkin punya pilihan lain tapi… desa ini menggunakan sistem ‘satu komando’,” kata pakar budaya Papua Marshall Suebu.
Di tempat lain, unit elit kontra-terorisme di negara tersebut telah menangkap puluhan tersangka yang dituduh berencana mengganggu pemilu.
Badan keamanan siber negara tersebut telah membentuk satuan tugas pemilu untuk melindungi pemungutan suara dari peretasan.
Beberapa kebocoran data termasuk di KPU telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan para ahli, namun para pejabat mengatakan mereka yakin pemungutan suara akan berjalan lancar.
“Serangannya tidak akan berkurang,” kata juru bicara badan siber Ariandi Putra kepada wartawan tahun lalu.
“Yang penting adalah bagaimana kita memanfaatkannya sehingga serangan-serangan tersebut tidak menjadi insiden.”
BACA Juga: Indonesia Bersiap untuk Pemilihan Presiden, Mantan Jenderal Diperkirakan akan Menang
str-dsa-jfx/ser/aha
COPYRIGHT © SUKABUMINEWS 2024