Hasil tes yang diperoleh dari literasi sains juga menunjukkan bahwa sampel yang berada di sekolah dengan geografi village, hamlet or rural merupakan kelompok yang memiliki skor rata-rata literasi sains paling rendah (366,56 atau level 1a) jika dibandingkan dengan kelompok geografi sekolah lainnya.
Siswa-siswi ini hanya mampu menggunakan informasi dasar serta pengetahuan sesuai prosedur untuk mengenali atau mengidentifikasi penjelasan fenomena ilmiah sederhana.
Skor ini memiliki perbedaan yang signifikan secara statistik dengan skor literasi sains yang diperoleh dari sampel yang berada pada kelompok geografi lainnya, dengan jumlah penduduk lebih dari 3.000 jiwa.
Temuan lainnya
Selain student questionnaire, PISA juga menyediakan school questionnaire. Kuesioner ini diisi oleh pihak sekolah (bisa guru maupun kepala sekolah) guna menggambarkan keadaan sekolah-sekolah yang menjadi sampel.
Analisis terhadap data persepsi guru mengenai hambatan yang mereka temui selama pembelajaran berlangsung (instruction hindered section), yang tersedia pada school questionnaire, menunjukkan fakta-fakta berikut:
1. Pentingnya pemerataan jumlah guru
Guru-guru yang mengajar di daerah terpencil mengaku kesulitan dalam melakukan pengajaran yang efektif karena sekolah mengalami kekurangan guru jika dibandingkan dengan jumlah murid.
Dampak hal ini, yang terjadi adalah beban kerja guru berlebih. Guru terpaksa harus mengajar dengan jumlah jam yang melebihi kewajiban mereka (24 jam per minggu), bahkan harus mengajar mata pelajaran di luar bidang keahliannya.
Oleh karena itu, pemerintah perlu membuka lebih banyak lowongan untuk guru-guru di sekolah terpencil, dan tentu saja membuat regulasi agar guru-guru tersebut tidak menjadikan status Aparatur Sipil Negara (ASN) yang diperoleh dari sekolah tersebut sebagai batu loncatan untuk pindah ke sekolah yang terletak di perkotaan.
2. Kurangnya infrastruktur fisik di sekolah pedesaan
Analisis dataset PISA 2022 juga menemukan bahwa mayoritas guru di pedesaan mengaku jika sekolah tempat mereka mengajar mengalami kekurangan dalam ketersediaan infrastruktur fisik, seperti bangunan, lapangan olahraga, pendingin ruangan, pencahayaan, hingga sistem pengeras suara.
Ketiadaan infrastuktur-infrastruktur fisik ini dapat menghambat proses belajar mengajar. Menyediakan bangunan yang bersirkulasi udara baik, atau memasang pendingin ruangan di kelas-kelas merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kenyamanan belajar, yang dampaknya adalah memberikan lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Perlunya perbaikan dan peremajaan infrastruktur fisik yang telah tersedia
Banyak guru-guru yang mengajar di daerah terpencil mengaku bahwa proses pembelajaran yang mereka lakukan mengalami kesulitan diakibatkan oleh buruknya keadaan infrastruktur fisik yang telah ada.
Selain membangun, pemerintah perlu menjamin terawatnya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah.
4. Pengadaan sumber daya digital
Di era digital saat ini, ketersediaan perangkat digital di sekolah merupakan hal yang penting untuk menunjang proses pembelajaran. Namun, berdasarkan data PISA 2022, mayoritas guru yang berada di daerah terpencil mengaku kekurangan ketersediaan perangkat-perangkat digital, seperti desktop atau laptop, akses internet, learning management systems, hingga platform pembelajaran di sekolah.
Ketersediaan perangkat-perangkat ini adalah kebutuhan mutlak, karena telah banyak riset yang membuktikan bahwa keberadaan perangkat digital mampu meningkatkan kualitas belajar siswa.