Universitas Bakrie Gelar Pelatihan Pembuatan Sabun Cair Gunakan Ecoenzyme Minyak Jelantah

PkM Universitas Bakrie menggelar pelatihan Pembuatan Sabun Cair dengan menggunakan Ecoenzyme Minyak Jelantah. | Ist

sukabumiNews.id, JAKARTA – Universitasi Bakrie melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) khususnya kepada ibu-ibu PKK dan warga RW 02 Kelurahan Pancoran Jakarta Selatan.

Dosen Universitas Bakrie Sirin Fairus meyebut, kegiatan ini bertujuan untuk mendukung propgram pemerintah dalam rangka mengurangi produksi limbah melalui pencegahan, pengurangan, daur ulang, dan penggunaan kembali.

“Salah satu dari limbah rumah tangga yang berpotensi didaur ulang adalah minyak jelantah,” ungkap Sirin Fairus dalam keterangannya kepada sukabumiNews.id, Rabu (2/7/2024).

Menurutnya, minyak goreng menjadi salah satu barang konsumsi utama masyarakat Indonesia sehari-hari. Hal ini dapat menghasilkan limbah minyak jelantah setelah penggunaannya beberapa kali.

Dia mengatakan, minyak jelantah jika dibuang langsung ke saluran pembuangan, minyak dapat membeku dan menjadi lapisan-laporan tebal yang mengendap di dinding sistem saluran pembuangan dan menyebabkan saluran tersumbat sehingga air dapat meluap ke luar saluran, ke dalam tanah, dan/atau jalan raya.

“Semakin banyak penduduk di suatu kota, akan kian banyak juga potensi minyak jelantah yang dihasilkan,” terangnya.

Read More

Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), lanjut dia, diketahui permintaan minyak goreng sawit, terutama dari kalangan rumah tangga cenderung meningkat setiap tahun, di mana pada 2020 saja, permintaan minyak goreng meningkat sebesar 17,35 juta ton atau 3,6%, lebih banyak dari tahun sebelumnya sebanyak 16,75 juta ton.

“Informasi hasil kajian Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dan Traction Energy Asia pada tahun 2021, berdasarkan dari konsumsi 13 juta ton minyak goreng, ada produksi minyak jelantah hingga 3 juta ton. Di mana 1,6 juta ton diantaranya didapatkan dari rumah tangga perkotaan besar,” beber Sirin Fairus.

Menurut Sirin Fairus, hal memprihatinkan, dari total minyak jelantah tersebut paling banyak hanya sekitar 1,95 juta ton (sekitar 2,43 juta kiloliter) saja yang digunakan untuk minyak goreng daur ulang yang nantinya dijual atau digunakan kembali untuk memasak.

“Sebanyak 148.380 ton (184.900 kilo liter) diekspor dan sekitar 570.000 kilo liter digunakan untuk bahan baku biodiesel atau kebutuhan lainnya di dalam negeri. Sisanya, berakhir di saluran-saluran pembuangan dan berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan,” paparnya.

Itulah, lanjut Sirin Fairus, yang melatarbelakangi pemikiran tentang pentingnya edukasi dan pelatihan pemanfaatan minyak jelantah menjadi produk turunan yang berguna seperti sabun cair cuci tangan.

Hal ini lah, jelas dia, yang dilakukan oleh tim Pengabdian kepada Masyarakat yang terdiri dari dosen, tenaga pendidik dan mahasiswa Prodi Teknik Lingkungan Universitas Bakrie.

“Sebagai upaya nilai lebih dari kualitas dan fungsi produk turunan sabun cair cuci tangan ini, maka digunakan juga ecoenzyme yang merupakan cairan hasil fermentasi limbah organik seperti kulit buah atau limbah sayur-sayuran,” tutupnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari sukabumiNews.id. Mari bergabung di Grup Telegram “sukabumiNews Update”, caranya klik link https://t.me/sukabuminews, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

COPYRIGHT © SUKABUMINEWS 2024



https://news.google.com/publications/CAAqBwgKMN3MrAww6sy4BA?

Related posts