sukabumiNews, CIBADAK – Yanti, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Kampung Panenjoan, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, telah menarik perhatian banyak orang melalui keputusan beraninya untuk mengundurkan diri sebagai penerima bantuan sosial (bansos).
Di tengah banyaknya warga masyarakat yang berharap mendapatkan bantuan sosial, Yanti, justru mengambil langkah untuk mengundurkan diri sebagai Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Graduasi Mandiri di desanya.
Langkah yang patut dicontoh ini diambil Yanti setelah ia berhadapan dengan serangkaian tantangan di dalam kehidupan sehari-harinya. Sebagai seorang ibu, ia memiliki tanggung jawab besar terhadap keluarganya dan berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari yang kadang sulit dicapai tanpa dukungan eksternal.
Namun setelah selama bertahun-tahun, Yanti dan suaminya mengandalkan program bantuan sosial untuk meringankan beban mereka, dan kini kondisi ekonominya semakin membaik, Yanti dengan sukarela memutuskan untuk melepas status sebagai KPM, dan menyarankannya untuk dapat dialihkan kepada warga lain yang lebih membutuhkan.
Dampak Keputusan Yanti: Inspirasi bagi Masyarakat
Keputusan Yanti untuk mengundurkan diri dari penerima bantuan sosial telah menciptakan dampak yang signifikan dalam komunitasnya. Banyak orang di lingkungannya mulai memandang tindakan tersebut sebagai sebuah langkah berani menuju kemandirian ekonomi.
Bagi Yanti, keputusan ini bukan hanya tentang meninggalkan bantuan finansial, namun juga merupakan pernyataan tentang aspirasi untuk memberikan teladan bagi keluarganya dan orang-orang terdekat.
Keputusan ini pun diapresiasi oleh Asep Purnawan, pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Kecamatan Cibadak, saat mengunjungi rumah Yanti. Asep menganggap keputusan Yanti ini sebagai bukti keberhasilan program pemberdayaan masyarakat.
“Ya, Bu Yanti dengan sukarela melepaskan statusnya sebagai salah satu KPM penerima bansos di wilayah binaan saya,” ungkap Asep kepada wartawan, Senin (17/2/2025).
“Saat ini, status Bu Yanti sebagai KPM sedang dalam proses penghapusan. Keputusan ini menunjukkan bahwa ia telah mandiri secara ekonomi dan dengan kesadaran sendiri mengundurkan diri sebagai penerima bantuan,” tambahnya.
Asep mengungkapkan bahwa di Desa Tenjojaya sendiri, terdapat 345 KPM yang terbagi dalam 12 kelompok penerima bansos. Asep berharap semakin banyak keluarga yang mengalami peningkatan ekonomi seperti Yanti bersedia mengikuti jejaknya.
Hal senada juga disampaikan Sekretaris Camat Cibadak, Alex Antariksa, yang menilai keputusan Yanti sebagai contoh nyata keberhasilan program pendampingan PKH.
“Ini bukti bahwa pembinaan dan pengawasan terhadap penerima bantuan sosial berjalan dengan baik. Tidak mudah menyosialisasikan hal ini, karena yang namanya bantuan, tentu banyak yang menginginkannya. Namun, kesadaran seperti yang ditunjukkan Bu Yanti adalah sesuatu yang patut diapresiasi,” ujar Alex.
Kesimpulan
Kisah Yanti menggambarkan perjalanan inspiratif seorang ibu rumah tangga yang memutuskan untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada bantuan sosial. Langkah yang diambilnya bukan hanya sekadar keputusan pribadi, melainkan juga merupakan sebuah pernyataan keberanian untuk menghadapi tantangan dan berkontribusi lebih bagi keluarganya.
Dalam keberaniannya, Yanti menunjukkan bahwa mandiri secara ekonomi adalah suatu hal yang mungkin dicapai oleh siapa saja, terlepas dari latar belakang yang dimiliki. Hal ini penting untuk dicontoh dan diadopsi oleh masyarakat luas.
Kisah inspiratif ini juga menjadi bukti bahwa program bantuan sosial tak hanya sekadar memberikan bantuan, tetapi juga mendorong kemandirian ekonomi masyarakat. Semoga semakin banyak penerima bansos yang dapat bangkit dan mandiri seperti Yanti.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari sukabumiNews. Mari bergabung di Grup Telegram “sukabumiNews Update”, caranya klik link t.me/sukabuminews, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
COPYRIGHT © SUKABUMINEWS 2025