Kejadian Traumatis Memicu Gangguan Jiwa, Ini Penyebabnya

Gambar ilustrasi/halodoc

SUKABUMINEWS.ID (JAKARTA) – Yayasan Kesehatan Jiwa Inggis atau Mental Health Foundation mengungkapkan bahwa 1 dari 3 orang dewasa di Inggris mengalami setidaknya satu peristiwa traumatis.

Kejadian traumatis ini diartikan sebagai pengalaman buruk yang menempatkan seseorang atau seseorang yang dekat dengannya berisiko mengalami bahaya serius atau kematian.

Efeknya bisa berbahaya, salah satunya adalah gangguan jiwa. Nah, beberapa jenis peristiwa traumatis tersebut dapat mencakup:

  • Kecelakaan di jalan.
  • Kekerasan atau pelecehan berkepanjangan.
  • Bencana alam.
  • Penyakit serius.
Apa Reaksi Tubuh Saat Mengalami Peristiwa Traumatis?

Ketika seseorang mengalami peristiwa traumatis, pertahanan tubuh juga terpengaruh. Efeknya, tubuh merespons dengan stres, yang membuat seseorang merasakan berbagai gejala fisik, berperilaku berbeda, dan mengalami emosi yang lebih kuat.

Respons tubuh ini kemudian memicu tubuh menghasilkan bahan kimia yang mempersiapkan tubuh untuk keadaan darurat. Maka itu dapat muncul beberapa gejala, antara lain:

  • Tekanan darah meningkat.
  • Peningkatan denyut jantung.
  • Keringat berlebihan.
  • Aktivitas perut berkurang (nafsu makan hilang).

Kondisi ini terbilang normal, karena ini adalah cara evolusi tubuh manusia untuk merespons keadaan darurat, membuatnya lebih mudah bagi seseorang untuk bertarung atau melarikan diri.

Read More

Tidak hanya itu, setelah melewati kejadian traumatis maka seseorang mengalami goncangan dan penolakan. Efeknya, selama beberapa hari seseorang mengalami perasaan seperti kesedihan, kemarahan dan rasa bersalah. Banyak orang merasa lebih baik dan pulih secara bertahap. Jika perasaan ini tetap ada, mereka dapat menyebabkan masalah gangguan jiwa.

Jenis Gangguan Jiwa Akibat Kejadian Traumatis

Terdapat beberapa jenis gangguan jiwa yang bisa muncul akibat peristiwa traumatis, mulai dari yang ringan hingga serius. Beberapa jenisnya antara lain:

Orang yang mengalami PTSD dapat merasa cemas selama bertahun-tahun setelah trauma, baik itu kejadian yang melukai fisik atau psikisnya. Gejala umum PTSD termasuk di antaranya adalah mengalami kembali peristiwa dalam mimpi buruk atau kilas balik, menghindari hal-hal atau tempat yang terkait dengan peristiwa tersebut, serangan panik, gangguan tidur dan konsentrasi yang buruk.

Tidak hanya itu, mereka yang mengidap PTSD juga merasakan depresi, mati rasa emosional, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan kemarahan yang meluap-luap.

Pendekatan terapeutik adalah langkah paling efektif untuk pemulihan jangka panjang. Sementara itu PTSD yang tingkatnya sudah parah wajib diberikan perawatan oleh psikolog klinis. Melalui terapi psikologis, pengidap PTSD didorong untuk berbicara melalui pengalaman mereka secara rinci. Hal ini melibatkan pendekatan terapi perilaku atau kognitif. Obat antidepresan juga dapat diresepkan untuk menghilangkan depresi yang kerap muncul.

Depresi berbeda dari perasaan sedih atau sedih. Seseorang yang mengalami depresi akan mengalami emosi kegelisahan, keputusasaan, negativitas, dan ketidakberdayaan yang intens, dan perasaan itu tetap ada pada mereka dan tidak dapat dengan mudah hilang begitu saja.

Terapi berbicara seperti terapi perilaku kognitif (CBT) dan beberapa bentuk konseling dan psikoterapi dapat diberikan untuk mengatasi depresi. Obat antidepresi dapat direkomendasikan, baik secara tunggal atau dikombinasikan dengan terapi bicara.

Itulah penjelasan singkat mengenai hubungan antara peristiwa traumatis dan gangguan jiwa. Mulai sekarang, kamu juga wajib menjaga kesehatan mental di samping kesehatan fisik. Apabila kamu atau orang terdekat mengalami salah satu kejadian traumatis, maka kamu harus segera menemui psikolog untuk mendapat bantuan mental.



https://news.google.com/publications/CAAqBwgKMN3MrAww6sy4BA?

Related posts