Serangan Israel Tewaskan 80 Warga Gaza di Tengah Lawatan Trump ke Timur Tengah

Orang-orang memeriksa dampak dari serangan Israel di Khan Yunis, Jalur Gaza Selatan pada 14 Mei 2025. | Eyad BABA/AFP

Serangan terjadi di tengah kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Timur Tengah yang memunculkan harapan akan adanya tekanan diplomatik untuk meredakan konflik.

sukabumiNews, GAZA – Sedikitnya 80 warga Palestina tewas dalam serangkaian serangan militer Israel di Jalur Gaza pada Rabu (14/5/2025), menurut keterangan otoritas kesehatan setempat.

Serangan terjadi di tengah kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Timur Tengah yang memunculkan harapan akan adanya tekanan diplomatik untuk meredakan konflik.

Petugas medis menyebutkan bahwa mayoritas korban jiwa — termasuk perempuan dan anak-anak — meninggal akibat serangan udara terhadap rumah-rumah di wilayah Jabalia, Gaza utara.

Belakangan di hari yang sama, militer Israel kembali mengeluarkan perintah evakuasi untuk beberapa distrik di Kota Gaza. Ribuan warga Palestina yang sebelumnya berlindung di sekolah dan fasilitas umum, termasuk Rumah Sakit Shifa — yang merupakan rumah sakit terbesar di Gaza — terpaksa mengungsi kembali. Beberapa saat setelah peringatan itu, pesawat-pesawat tempur Israel dilaporkan langsung meluncurkan serangan udara ke sejumlah sasaran di kota tersebut.

“Masih banyak korban yang terjebak di jalan-jalan dan di bawah reruntuhan. Tim penyelamat dan petugas darurat belum bisa menjangkau mereka,” ungkap Kementerian Kesehatan Gaza dalam pernyataan resminya, dikutip Liputan6 dari laman CNA, Kamis (15/5).

Read More

Hingga saat ini, militer Israel belum memberikan tanggapan langsung atas laporan korban tersebut, dan menyatakan bahwa mereka masih melakukan verifikasi.

Rekaman menunjukkan warga kembali ke reruntuhan rumah mereka, menyusuri puing-puing untuk mencari dokumen penting atau barang-barang yang masih bisa diselamatkan.

Salah satu warga, Hadi Moqbel, menceritakan bagaimana keluarganya kehilangan beberapa anggota.

“Mereka menembakkan dua roket ke rumah Moqbel. Kami berlari ke lokasi dan melihat potongan tubuh berserakan di tanah. Anak-anak, perempuan, bahkan bayi berusia dua bulan ikut tewas.”

BACA Juga: 20 Warga Palestina Tewas Akibat Serangan Udara Israel Setelah Perjanjian Gencatan Senjata

Media Israel pada hari Rabu mengutip pernyataan pejabat keamanan yang menyebutkan bahwa pemimpin militer Hamas, Mohammad Sinwar, diyakini tewas dalam serangan pada hari Selasa yang menyasar sebuah bunker komando di bawah Rumah Sakit Eropa di Khan Younis, Gaza selatan. Namun, baik Hamas maupun militer Israel belum mengonfirmasi laporan ini.

Pada hari Rabu, pesawat tempur Israel juga menyerang sebuah buldoser yang berada di dekat lokasi serangan di sekitar Rumah Sakit Eropa, mengakibatkan sejumlah orang terluka, menurut saksi dan tenaga medis.

Serangan balasan ini terjadi tak lama setelah kelompok Jihad Islam yang didukung Iran menembakkan roket ke wilayah Israel dari Gaza pada Selasa malam. Menyusul serangan tersebut, militer Israel langsung mengeluarkan perintah evakuasi bagi warga di Jabalia dan Beit Lahiya.

Harapan dari Kunjungan Trump

Di tengah meningkatnya kekerasan, warga Palestina menaruh harapan pada kunjungan Presiden Trump ke negara-negara Arab seperti Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab, untuk menekan agar kekerasan dihentikan.

Hamas pada hari Senin membebaskan Edan Alexander, satu-satunya sandera Amerika yang masih diketahui hidup. Trump kemudian menyampaikan di Riyadh bahwa pembebasan Alexander bisa menjadi awal dari proses serupa bagi sandera lainnya, dan menyatakan bahwa rakyat Gaza “layak mendapatkan masa depan yang lebih baik.” Meski begitu, Trump tidak menjadwalkan kunjungan ke Israel dalam rangkaian lawatannya.

Upaya mencapai gencatan senjata sejauh ini belum membuahkan hasil, dengan kedua pihak saling menyalahkan. Hamas mengaku telah berdialog dengan Amerika Serikat serta mediator dari Mesir dan Qatar untuk membahas pembebasan sandera. Di sisi lain, Israel mengirim tim ke Doha untuk mengikuti putaran negosiasi baru.

Utusan khusus Presiden Trump, Steve Witkoff dan Adam Boehler, pada hari Selasa bertemu dengan keluarga para sandera di Tel Aviv. Mereka menyampaikan bahwa peluang untuk mencapai kesepakatan pembebasan semakin terbuka setelah keberhasilan pembebasan Alexander.

Namun, Hamas menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terus menggencarkan serangan militer demi menggagalkan upaya perdamaian. “Netanyahu ingin meningkatkan agresi dan pembantaian terhadap warga sipil untuk melemahkan proses gencatan senjata,” kata perwakilan Hamas. Israel sendiri tetap menyalahkan Hamas atas terus berlanjutnya konflik.

Bantuan Kemanusiaan dan Krisis di Gaza

Sementara itu, Amerika Serikat mengajukan rencana membuka kembali jalur distribusi bantuan kemanusiaan di Gaza melalui perusahaan swasta. Israel yang sejak 2 Maret menerapkan blokade total atas masuknya pasokan ke Gaza, menyatakan mendukung rencana ini. Namun rencana tersebut ditolak oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan berbagai lembaga bantuan internasional karena masih belum jelas soal pendanaan dan mekanisme pelaksanaannya.

Serangan Israel ke Gaza merupakan tanggapan atas serangan Hamas ke komunitas Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang lainnya, menurut data otoritas Israel.

Sejak dimulainya kampanye militer ini, lebih dari 52.900 warga Palestina telah tewas, berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan Gaza. Blokade dan intensitas serangan membuat Gaza kini berada di ambang kelaparan, sebagaimana diungkapkan oleh berbagai kelompok kemanusiaan dan organisasi internasional.

BACA Juga: Prancis Kecam Rencana Israel Duduki Seluruh Wilayah Gaza

Ikuti dan dapatkan juga update berita pilihan dari sukabumiNews setiap hari di Channel WahatsApp, Telegram dan GoogleNews.

COPYRIGHT © SUKABUMINEWS 2025


Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Redaksi sukabumiNews

Daftar atau

Related posts