Penerapan Teori HEST dalam Pencegahan Kemungkinan Terjadinya Kecelakaan

Certified Accident Investigator, Dede Farhan Aulawi. (Foto: Dok. sukabumiNews)

SUKABUMINEWS.ID (BANDUNG) – Certified Accident Investigator Dede Farhan Aulawi mengatakan, kecelakaan bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Tidak ada manusia yang bisa mengetahui sesuatu yang akan terjadi, tetapi manusia bisa berusaha untuk mencegah atau meminimalisir kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan.

Hal tersebut ia sampaikan Dede ketika menjawab sejumlah pertanyaan dari awak media yang ingin mengetahui lebih dalam tentang penerapan teori Human Environment System dan Technology (HEST) dalam pencegahan kemungkinan terjadinya peristiwa kecelakaan.

Menurutnya, berbagai penilitian terkait dengan kecelakaan selama ini menunjukkan bahwa factor dominan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan adalah factor manusia (human factor) atau selama ini sering dikenal dengan istilah human error.

“Meskipun ruang lingkup dari dua terminologi itu sebenarnya berbeda, tetapi untuk sementara anggap saja sama,” ujar Dede melalui sambungan selulernya kepada sukabumiNews.id di Badung, Ahad (7/1/2023).

Hal ini, lanjut Dede, penting untuk dipahami. Sehingga ketika memandang suatu peristiwa kecelakaan sebenanrnya factor penyebabnya bisa banyak, dan satu sama lain biasanya saling terkait.

“Untuk itulah sebuah investigasi kecelakaan harus dilakukan oleh Certified Investigator agar metodologi dan ruang lingkupnya bisa komprehensif,“ sambungnya.

Read More

Lebih lanjut Dede menyampaikan, investigasi kecelakaan ini bisa diterapkan dalam berbagai investigasi kecelakaan, termasuk kecelakaan kerja. Artinya bukan hanya kecelakaan di sector transportasi saja.

“Meskipun tentu ada ruang lingkup dan persyaratan teknis yang agak spesifik untuk satu kejadian dengan kejadian lainnya, seperti kecelakaan pesawat terbang misalnya proses investigasinya lebih rumit dan ada persyaratan-persyaratan yang spesifik,” terang Dede.

Begitupun dengan kasus-kasus kecelakaan lainnya, seperti kebocoran reaktor nuklir Chernobyl, meledaknya reaktor di pabrik pestisida Union Carbide Bhopal, sampai kasus cemaran zat Ethylen Glycol di sirup obat batuk yang baru saja heboh di tanah air.

Dan itu semua, kata dia, merupakan suatu kondisi musibah yang disebabkan oleh multi faktor, atau akumulasi dari serangkaian proses yang berujung pada timbulnya suatu kondisi yang tidak dikehendaki.

“Untuk itulah diperlukan pemahaman yang komprehensif terhadap elemen – elemen yang terlibat dan berkontribusi pada terjadinya suatu musibah atau kecelakaan,” tegasnya.

Dede juga meyampaikan bahwa memang ada banyak teori yang bisa dipakai, seperti HEST, SHELL, Effect Domino, dan lain-lain. Pada kesempatan itu Dede yang pernah mendalami disiplin ilmu di Belanda dan Amerika tersebut membaha menurut pendekatan teori HEST agar lebih mudah untuk dipahami.

“Dalam teori ini ada 4 domain yang perlu untuk diperhatikan, yaitu domain manusia, lingkungan, sistem, dan teknologi. Untuk penjelasan detail terkait hal di atas, bisa merujuk pada tulisan DR. Tauhid Nur Azhar,” katanya.

Kemudian Dede memaparkan bahwa dalam kajian keselamatan transportasi pada umumnya banyak dibahas peran dari human factor yang berasosiasi dengan human error. Bahkan berdasarkan statistik faktor human error ini merupakan faktor penyumbang terbesar dalam kecelakaan, yang mencapai sekitar 60% – 80% dari rangkaian penyebab kecelakaan pesawat terbang.

Dede juga menjelaskan bahwa jika human error adalah bagian dari human factor, maka human factor dipengaruhi oleh human performance, yakni dapat berupa aspek anatomi fisiologi seperti data antropometri, usia, kebugaran, faal penglihatan-pendengaran, respon motorik, mekanisme refleks, juga melibatkan faktor patologi seperti status kesehatan dan kondisi medis tertentu. Kemudain ada faktor psikologis, dimana terdapat dinamika mental dan emosional yang dipengaruhi oleh situasi dan kondisi psikososial.

Dapatkan kiriman baru melalui email
https://news.google.com/publications/CAAqBwgKMN3MrAww6sy4BA?