Kini saudara muslim di Palestina sedang berjihad membebaskan negerinya dari penjajahan kaum kafir zionis Israel. Lebih dari 9 bulan telah berlalu, sejak 7 Oktober 2023, kondisi saudara kita di Palestina sungguh memilukan. Penjajah Zionis Israel bersama sekutu jahatnya, Amerika telah menghancurkan, menyabotase, membakar, dan mengganggu semua sarana penghidupan, mata pencaharian, pendidikan dan pengobatan yang dimiliki saudara-saudara kita di Gaza.
Setiap hari, siang malam, tentara agresor zionis Israel dengan dukungan sekutunya membumi hanguskan rumah sakit, gedung, masjid, dan rumah-rumah warga sipil Palestina, tempat pengungsian, pejalan kaki, tidak ada yang tersisa dari pembantaian barbarisme zionis. Selama bertahun-tahun mereka membunuh anak-anak, kaum perempuan, menindas lansia, membantai tahanan perang. Dan lebih biadab lagi mencegah masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar. Truk-truk bantuan kemanusiaan dirampas dan dimusnahkan.
Seluruh ujian dan penderitaan yang disebutkan dalam Al-Qurán; berupa ketakutan, kekurangan buah-buahan, kekurangan air minum, ancaman kelaparan, pembantaian, dibakar hidup-hidup di tenda pengungsian, sedang menimpa rakyat Palestina. Sekitar 1,7 juta orang mengungsi dari Jalur Gaza, menuju wilayah yang tidak ada sejengkal tanah pun yang aman dari serangan senjata agresor zionis.
Tragedi genosida di Palestina telah membuka mata seluruh dunia tentang kebiadaban zionis Israel yang melebihi iblis, tentang diskriminasi demokrasi, matinya hak asasi manusia, dan omong kosong toleransi. Menyaksikan genosida di Rafah, telah membuka mata dunia, seakan kembalinya prilaku jahiliyah sebelum datangnya Islam terhadap sikap pemimpin negeri-negeri Arab. Hanya peduli dengan kabilahnya masing-masing, yang dewasa ini dibungkus dengan istilah nasionalisme atau kebangsaan.
Rafah, adalah satu-satunya kota yang tersisa tempat mengungsi, tapi itupun sudah diluluh lantakkan oleh pesawat pembom zionis Israel. Salah seorang warga Gaza mengatakan, “Setelah Rafah tidak lagi aman, maka pengungsian terakhir kami adalah surga, insya Allah.”
Menyaksikan nasib rakyat di negeri para Nabi itu, digambarkan oleh seorang ulama Palestina, dengan heroik mengatakan: “Ketika menyaksikan apa yang terjadi di Rafah, perbatasan Mesir dan Palestina, seakan tak percaya. Mustahil! Bagi seseorang yang beriman adanya hari kiamat, tidak akan memblokade atau menutup perbatasan terhadap saudara-saudaranya yang hendak menyelamatkan diri dari pembantaian zionis Israel. Dia akan memerintahkan saudara-saudaranya untuk meninggalkan zona perang yang berutal.
Mustahil bagi seorang pemimpin muslim membiarkan saudara muslimnya dizalimi oleh musuh zionis Israel, padahal dia mampu membelanya dan takut akan hari kiamat. Mustahil, akan diam saja melihat saudara – saudara muslim menderita, padahal kalian mampu membantu, tapi kamu tidak melakukan apapun. Kalian justru membantu musuh. Apakah kalian mengira akan tinggal di dunia selamanya! Kita semua akan mempertanggung jawabkan semua yang telah kita lakukan, atau tidak dilakukan terhadap saudara-saudara kita di Gaza.
Allah SWT berfirman,
وَاتَّقُوْا يَوْمًا تُرْجَعُوْنَ فِيْهِ اِلَى اللّٰهِ ۗثُمَّ تُوَفّٰى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ
Wahai kaum mukmin, hendaklah kalian takut siksa pada hari kiamat, saat kalian dikembalikan kepada Allah. Setiap orang akan diberi balasan setimpal dengan perbuatan yang telah ia lakukan di dunia. Setiap orang tidak akan dianiaya sedikit pun dalam mendapatkan balasan amalnya. (QS Al-Baqarah (2) : 281)