Khutbah Idul Adha: Hikmah Idul Kurban dan Tragedi Genosida di Palestina

Warga Palestina memilih hewan di pasar hewan kurban di Jalur Gaza menjelang perayaan Hari Raya Idul Adha. | REUTERS / IBRAHEEM ABU MUSTAFA

Idul Adha yang kita rayakan pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah dikenal juga dengan sebuatan “Hari Raya Haji”, karena terkait dengan kaum muslimin yang sedang menunaikan ibadah haji, yaitu rukun Islam yang kelima.

Kaum Muslimin yang dianugerahi kesempatan untuk menunaikan rukun Islam ke lima, yaitu ibadah haji ke Baitullah di Mekkah, pada pagi hari ini sedang berangkat menuju Mina untuk melempar Jamratul ‘Aqabah. Tadi malam mereka mabit/bermalam di Muzdalifah untuk mengambil batu kerikil. Sebelumnya, pada tanggal 9 Dzulhijjah para jemaah haji wuquf di ‘Arafah, berdo’a memohon ampunan-Nya semoga berkenan membukakan pintu rahmat-Nya. Sementara kaum Muslimin yang belum memperoleh anugerah Allah untuk menunaikan ibadah Haji, disunnahkan puasa ‘Arafah yang fadhilahnya menghapuskan dosa setahun yang lalu.

وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ

“.…Allah mewajibkan kepada siapa saja yang mampu agar datang ke Baitul Haram untuk haji. Siapa saja yang mengingkari perintah haji ini, Allah sungguh tidak memerlukan ketaatan semua manusia di dunia ini.” (QS. Ali Imran [3]:97)

Menurut syariat Islam, ibadah haji merupakan satu-satunya ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya hanya diwajibkan satu kali seumur hidup bagi yang telah mampu melaksanakannya. Dalam pelaksanaan ibadah haji, mulai dari niat, mengenakan pakaian ihram, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, melontar jumrah di Mina, thawaf, sa’i, tahallul dan seluruh rangkaian ibadah haji itu, wajib dijalani dengan ikhlas dan benar, semata-mata untuk mendapat ridha Allah SWT.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Read More

اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ وللهِ الحَمْدُ

Bagi kaum Muslimin yang tidak berada di Mekkah untuk menunaikan ibadah Haji, seperti kita hari ini, disunnahkan untuk menyembelih hewan kurban. Di hari Idul Kurban yang disebut yaumun Nahr ini, kita mengenang kembali kisah Nabi Ibrahim AS yang begitu tulus dalam pengorbanannya kepada Allah SWT. Sebagai salah satu unsur syariat Islam, ibadah kurban merupakan perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT.

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنسَكًا لِّيَذْكُرُوا۟ ٱسْمَ ٱللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلْأَنْعَٰمِ ۗ فَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ فَلَهُۥٓ أَسْلِمُوا۟ ۗ وَبَشِّرِ ٱلْمُخْبِتِينَ

Setiap umat para Rasul dahulu, telah Kami tentukan kewajiban menyembelih hewan kurban. Ketika menyembelih hewan kurban itu mereka menyebut nama Allah sebagai tanda syukur atas rezeki hewan ternak yang telah dikaruniakan kepada mereka. Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa. Kepada-Nyalah kalian berpasrah diri. Wahai Muhammad, gembirakanlah hati orang-orang yang taat kepada Allah dengan ikhlas. (QS. Al-Haj [22]:34)

Idul Adha, tentu memiliki makna yang sangat mendalam. Berikut beberapa poin utama mengenai hikmah Idul Adha: Pertama, Idul Adha adalah hari raya untuk memperingati ketaatan dan pengorbanan Nabi Ibrahim Alaihissalam yang bersedia mengorbankan putranya, Ismail Alaihissalam untuk disembelih. Namun, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba. Ini menunjukkan betapa besar keikhlasan dan kepatuhan Nabi Ibrahim terhadap perintah Allah.

Kedua, Idul Adha dikenal juga sebagai Hari Raya Kurban. Umat Islam yang mampu disunnahkan untuk menyembelih hewan kurban seperti kambing, sapi, atau unta. Daging hewan kurban ini kemudian dibagikan kepada yang membutuhkan, keluarga, dan tetangga. Hal ini menekankan pentingnya berbagi dan kepedulian sosial dalam Islam.

Dapatkan kiriman baru melalui email
https://news.google.com/publications/CAAqBwgKMN3MrAww6sy4BA?