Dede Farhan Aulawi Sampaikan Saran dan Masukan Mengenai Meledaknya Gudang Amunisi
sukabumiNews.id, BANDUNG – Trkait kasus meledaknya gudang munisi Artileri Medan (Armed) milik Kodam Jaya di Ciangsana, Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu (30/3/2024) sore, menambah rangkaian kasus meledaknya gudang amunisi di beberapa tempat yang lain di waktu yang berbeda.
Sebelumnya pada tanggal 5 Maret 2014 juga pernah terjadi ledakan gudang amunisi milik Pasukan Katak (Paska) di dermaga Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kemudian awal Maret 2024 juga terjadi ledakan di gudang amunisi Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Jatim di Jalan Gresik.
Menaggapi hal tersebut, Certified Accident Investigator yang juga Pemerhati Hankam, Dede Farhan Aulawi menyampaikan saran dan masukan, sehingga harus ada upaya nyata untuk memperbaikinya agar kasus yang sama tidak terulang di kemudian hari.
“Di sinilah Root Cause Analysis menjadi sangat penting untuk digunakan dalam mengidentifikasi akar penyebab permasalahannya agar langkah perbaikan dan pencegahannya menjadi tepat,” ujar Dede kepada sukabumiNews di Bandung, ketika menjawab pertanyaan dari sejumlah awak media terkait meledaknya gudang amunisi di Ciangsana, Sabtu (30/3/2024) itu.
Menangani kasus meledaknya gudang amunisi memerlukan pendekatan yang komprehensif dan terstruktur. Salah satu langkah penting yang harus dilakukan adalah melakukan Root Cause Analysis (RCA) untuk mengidentifikasi akar penyebab permasalahan. RCA merupakan metode analisis yang digunakan untuk menggali faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya kejadian tersebut.
Dalam kasus meledaknya gudang amunisi milik Kodam Jaya di Ciangsana, Bogor, Jawa Barat, RCA akan membantu mengungkap faktor-faktor yang menjadi pemicu ledakan.
BACA: Gudang Peluru Batalyon Armed 07 Bantar Gebang Kota Bekasi Meledak
Investigasi ini harus dilakukan oleh investigator bersertifikat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan analisis kecelakaan. Tim investigasi yang terdiri dari beberapa anggota dengan keahlian yang berbeda juga sangat diperlukan untuk memastikan metodologi yang digunakan benar dan komprehensif.
“Tim investigasi yang terdiri dari beberapa anggota dengan keahlian yang berbeda-beda juga sangat diperlukan untuk memastikan metodologi yang digunakan benar dan komprehensif,” kata Dede.
“Hasil dari RCA akan menjadi laporan investigasi yang berisi temuan-temuan penting dan rekomendasi untuk mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan,” tambahnya.
Dalam kasus ini, Dede mencatat bahwa dulu banyak peluru yang masih menggunakan black powder (bubuk mesiu hitam) atau setingkatnya sebagai propelan. Tetapi saat ini peluru sudah tidak menggunakan bubuk mesiu (black powder) lagi, melainkan menggunakan bahan lain seperti nitrocellulose yang lebih bersih dan bertenaga.
“Propelan ini tidak meninggalkan banyak residu dalam laras sehingga lebih praktis karena tidak perlu terlalu sering dibersihkan,” ugkap Dede.
Dikatakan Dede, Nitro Cellulosa atau yang biasa dikenal dengan Nitroselulosa merupakan bahan kimia aktif yang mudah terbakar serta mempunyai kadar nitrogen yang bersifat sensitif bahkan bisa menjadi salah satu bahan peledak untuk digunakan pada bahan senjata.
Secara kimiawi, nitroselulosa tidak diklasifikasikan sebagai senyawa nitro, melainkan sebagai ester nitrat. Unit pengulangan glukosa dalam rantai selulosa memiliki tiga gugus hidroksil (OH), yang masing-masing dapat membentuk ester nitrat.
“Ini berarti bahwa nitroselulosa dapat merujuk pada mononitroselulosa, dinitroselulosa, trinitroselulosa, atau campuran dari bentuk-bentuk ini,” jelasnya.