sukabumiNews, BANDUNG – Direktur Lembaga Pengembangan SDM dan Teknologi Pertahanan, Dede Farhan Aulawi mengingatkan pentingnya menjaga solidaritas dan sinergitas TNI-Polri melalui ‘Binter’.
Binter (Pembinaan Teritorial) merupakan wujud penggunaan kekuatan matra darat. Istilah Binter mungkin tidak setenar dulu ketika masih menggunakan istilah ‘Sospol ABRI’ pada zaman Orde Baru, meskipun maksud dan maknanya hampir sama.
“Selain Binter, ada juga istilah Binpotmar untuk matra laut, dan Binpotdirga untuk matra udara, yang hakikatnya merupakan bagian dari pertahanan negara yang harus dilaksanakan secara transparan, akuntabel, dan efisien,” terang Dede kepada sukabumiNews dalam obrolan santai di kediamannya di Bandung, Rabu (22/5/2024).
Ia menambahkan, istilah Binter mungkin tidak terlalu familier dengan masyarakat umum. Oleh karena itu, kata Dede, sosialisasi melalui berbagai media sangat diperlukan agar mudah dipahami oleh seluruh lapisan rakyat, yang notabene rakyat Indonesia adalah ibu kandung TNI itu sendiri.
Melalui Binter, seperti aspek Geografi, Demografi, dan kondisi Sosial masyarakat di wilayah tersebut diolah menjadi ruang, alat dan kondisi juang (RAK Juang) untuk mengatasi kemungkinan ancaman yang menganggu keutuhan wilayah dan kedaulatan NKRI.
“Untuk itu, Binter memiliki fungsi penting dalam pertahanan negara karena dalam situasi tidak dalam peperangan, Binter bertugas membina SDM dan SDA, sekaligus agar selalu siap dalam kondisi apapun mempertahankan kedaulatan negara, serta memelihara Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya,” bebernya.
Dalam kesempatan itu, Dede juga menjelaskan bahwa seorang parjurit teritorial yang mumpuni memiliki kemampuan penyiapan potensi wilayah menjadi kekuatan pertahanan negara, dalam keadaan siap di mobilisasi sewaktu-waktu maupun yang masih tahap pengembangan mobilisasi. Dan semua hal tersebut adalah syarat mutlak ketangguhan kekuatan pertahanan.
Menurut Dede, hal ini perlu dilaksanakan dengan terencana, terpadu, terukur dan berkesinambungan. Pencapaian keberhasilan tugas pokok TNI, salah satu faktor utama yang mempengaruhi adalah tercapainya tujuan dan sasaran Binter, karena Binter merupakan inti dalam operasi militer selain perang bagi TNI.
“Inti dari Binter TNI adalah memenangkan hati rakyat. Program Binter sendiri memiliki tiga aspek, yaitu menciptakan aktifitas agar masyarakat bersedia mendukung program TNI, melakukan koordinasi dan perencanaan bersama pemerintah daerah setempat, dan melaksanakan fungsi asistensi, persuasi dan informasi pada masyarakat lokal agar mendukung misi militer jika diperlukan kelak,” terang Dede.
Lebih lanjut Dede menjelaskan bahwa ketiga aspek Binter tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memberikan dukungan pada pemerintah dalam menyiapkan potensi nasional menjadi kekuatan pertahanan yang dipersiapkan sejak dini meliputi wilayah pertahanan beserta kekuatan pendukungnya, untuk melaksanakan operasi militer untuk perang (OMP), yang pelaksanaannya didasarkan pada kepentingan pertahanan negara sesuai dengan sistem pertahanan semesta.
“Selain itu, juga untuk membantu pemerintah menyelenggarakan pelatihan dasar kemiliteran secara wajib bagi warga negara sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, serta membantu pemerintah memberdayakan rakyat sebagai kekuatan pendukung,“ paparnya.
Di situlah, ujar Dede, peran TNI AD melakukan kegiatan Binter, demi terwujudnya kemanunggalan TNI-Rakyat dengan mengedepankan faktor sosiopsikologis rakyat. Dan di sini jugalah peran komunikasi sosial (Komsos) menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan Binter.