Terbesar dalam Sejarah, Bantuan AS untuk Genosida di Gaza Capai Rp 280 T

Tentara Israel berjalan melewati tank di dekat perbatasan Gaza-Israel, Jumat (19/10). PM Benjamin Netanyahu berjanji bakal mengambil tindakan tegas apabila warga Palestina masih terus melancarkan serangan ke wilayah Israel. | AP Photo/Ariel Schalit

Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah mengeluarkan dana sebesar 17,9 miliar dolar AS atau setara Rp 280,2 triliun untuk mendukung militer Israel melancarkan genosida di Gaza. Bantuan ini dua kali lipat dana militer RI

sukabumiNews, WASHINGTON DC – Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah mengeluarkan dana terbesar dalam sejarah untuk mendukung militer Israel melancarkan genosida di Gaza, sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, atau dalam setahun terakhir.

Tak hanya untuk serangan di Gaza, AS juga menggelontorkan dana besar menggadang perlawanan terhadap Israel di Yaman dan Suriah. Sejauh ini, AS telah mengeluarkan dana sebesar 17,9 miliar dolar AS atau setara Rp 280,2 triliun untuk mendukung militer Israel melancarkan genosida di Gaza tersebut.

Washington juga dilaporkan menghabiskan sekitar US$ 4,86 miliar (Rp 76 triliun) dalam pertempuran melawan kelompok Houthi dari Yaman.

Hal tersebut diungkapkan dalam laporan terbaru yang dirilis Brown University, salah satu universitas terkemuka dan tertua di AS, pada Senin (7/10) waktu setempat, saat peringatan setahun serangan Hamas terhadap Israel yang memicu perang tanpa henti di Jalur Gaza, lansir Al Arabiya, Selasa (8/10/2024).

Namun, laporan itu selesai disusun sebelum Pentagon atau Departemen Pertahanan AS mengumumkan pengerahan pasukan dan aset tambahan di Timur Tengah pada pekan lalu, serta dimulainya operasi darat Israel ke Lebanon. Hal itu diperkirakan memakan biaya ratusan juta, bahkan miliaran dolar bagi AS.

Read More
BACA Juga: ‘Genosida’: Reaksi atas Serangan Israel terhadap Sekolah di Gaza

Laporan tersebut juga tidak memasukkan upaya AS, pekan lalu, yang membantu Israel menggagalkan serangan besar-besaran Iran yang melibatkan nyaris 200 rudal. Perkiraan kasar menunjukkan upaya Washington itu menelan biaya sebesar US$ 100 juta (Rp 1,5 triliun), dengan 12 Rudal Standar dikerahkan.

Beberapa senjata yang dikirimkan AS selama setahun terakhir mencakup peluru artileri, bom penghancur bungker seberat 2.000 pon, dan bom berpemandu presisi. Pengisian kembali pertahanan udara Iron Dome dan David’s Sling di Israel juga merupakan bagian besar dari bantuan AS.

“Pelaporan pemerintah yang tambal-sulam mengenai bantuan militer AS ke Israel sangat kontras dengan perlakuan untuk bantuan militer ke Ukraina, di mana jumlah dolar, jalur pengiriman, dan sistem tertentu yang diberikan (termasuk berapa banyak) secara rutin dilaporkan dalam lembar fakta pemerintah secara teratur,” sebut laporan Brown University tersebutut.

Pekan lalu, militer AS telah mengumumkan pengerahan pasukan tambahan ke Timur Tengah saat pertempuran antara Hizbullah dan Israel meningkat.

BACA Juga: Timur Tengah Makin Membara, Houthi Rekrut 200.000 Pejuang Baru

Pentagon tidak memberikan rincian soal pengerahan itu karena alasan keamanan operasi. Namun Komando Pusat AS atau CENTCOM menyebut tiga skuadron pesawat tambahan, F-15E, F-16 dan A-10, telah tiba di Timur Tengah, dengan satu skuadron telah tiba pada Selasa (1/10) pekan lalu.

AS telah meningkatkan jumlah pasukannya dalam beberapa bulan terakhir, sehingga jumlah totalnya mencapai 40.000 personel. Tidak diketahui jelas berapa banyak lagi yang dikerahkan.

Sementara untuk operasi militer yang dipimpin AS dalam menangkal serangan Houthi, laporan Brown University yang mengutip Angkatan Laut AS itu memperkirakan amunisi dengan total senilai US$ 1 miliar (Rp 15,6 triliun) telah digunakan sepanjang Juni.

Laporan ini juga menghitung bahwa Pentagon mungkin membutuhkan tambahan dana darurat sebesar US$ 2 miliar (Rp 31,3 triliun) selama beberapa bulan ke depan untuk melanjutkan pertempuran melawan Houthi.

Dapatkan kiriman baru melalui email
https://news.google.com/publications/CAAqBwgKMN3MrAww6sy4BA?