Ciri muslim sejati, berusaha menjadi hamba yang bertakwa, total berislam, mewarnai kokoh di atas iman, serta bersikap seimbang, inilah petikan khutbah Jumat kali ini
Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
MUSLIM sejati dia tidak setengah-setengah. Mengambil apa yang dia sukai, misalnya, lalu meninggalkan apa yang kurang ia sukai.
Menjadi muslim sejati berarti kita masuk ke dalam Islam secara kaaffah (total) sehingga seluruh aspek kehidupan dijalani selaras dengan apa yang Allah SWT kehendaki. Di bawah ini naskah lengkah khutbah Jumat kali ini;
Khutbah Jumat Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Jamaah Shalat Jumat yang Dimuliakan Allah
Menjadi seorang muslim merupakan sebuah anugerah yang tak ternilai harganya. Betapa mahal hidayah Allah SWT dengan dijadikannya kita sebagai orang yang tunduk dan patuh kepada-Nya.
Namun, menjadi seorang muslim tidak sebatas retorika dan kata-kata di bibir. Lebih dari itu, harus ada upaya pembuktian yang serius tentang apa dan bagaimana menjadi sosok muslim yang sejati.
Ada lima ciri muslim sejati yang harus kita miliki, supaya keimanan kita diakui oleh Allah SWT.
Pertama, bertakwa kepada Allah SWT. Dalam hal ini Allah SWT telah menegaskan kepada kita semua untuk jangan sampai kita wafat kecuali tetap dalam kepasrahan dan ketundukan kepada Allah SWT. Dengan kata lain, sampai mati kita tetap berstatus sebagai seorang muslim.
يَا رَسُولَ اللهِ قُلْ لِيْ فِيْ الإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS. Ali Imran : 102).
Jamaah Shalat Jumat yang Dimuliakan Allah
Kedua, menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam dengan totalitas, tidak setengah-setengah, tidak mengambil bagian yang menyenangkan bagi hawa nafsunya, dan meninggalkan sebagian lainnya yang tidak sesuai dengan seleranya.
Menjadi muslim sejati berarti kita masuk ke dalam Islam secara kaaffah (total) sehingga seluruh aspek kehidupan dijalani selaras dengan apa yang Allah SWT kehendaki dan selaras pula dengan apa yang Rasulullah ajarkan kepada kita.
Allah SWT berfirman :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS. al-Baqarah : 208)
Ketiga, selalu dalam shibghah (celupan). Maksudnya, seorang muslim sejati itu selalu terwarnai dengan nilai-nilai yang datang dari Allah SWT, seperti dalam firman-Nya :
صِبْغَةَ اللّٰهِ ۚ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ صِبْغَةً ۖ وَّنَحْنُ لَهٗ عٰبِدُوْنَ
“Sibgah Allah.” Siapa yang lebih baik sibgah-nya daripada Allah? Dan kepada-Nya kami menyembah.” (QS. al-Baqarah : 138)