sukabumiNews, SUMEDANG – Ponpes Al-Majidiyah Sumedang memperingati peringatan 1 abad (100 tahu) berdirinya pondok pesantren (ponpes) yang berlokasi di Jl Manglayang, Mekarsari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat ini.
Momen tersebut dihadiri langsung oleh sesepuh pondok KH Sopandi, Pimpinan pondok KH Muslim Mubarok yang juga Rois Syuriah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU), para ustadz, beserta tamu undangan lainnya.
Tampak hadir pada acara yang digelar Jum’at 21 Februari 2025 itu Pemerhati Pendidikan Dede Farhan Aulawi, yang sekaligus memberikan Ceramah Pendidikan untuk meningkatkan semangat belajar kepada para santri, agar lebih termotivasi menjadi insan yang cerdas, sholih/sholihah, dan bertaqwa.
“Dunia pendidikan saat ini menghadapi dinamika dan tantangan tugas yang tidak mudah. Siswa atau santri tidak cukup hanya mendengarkan nasihat yang baik, karena mereka otomatis akan melihat perilaku atau tauladan dari yang mengajarnya,” ujar Dede Farhan Aulawi melalui pesan tertulis kepada sukabumiNews, Ahad (23/2/2025).
“Begitupun perkembangan IPTEK yang luar biasa akan menuntut penyesuaian kurikulum yang adaptable dengan perkembangan zaman,” sambungnya.
Dengan demikian, lanjut Dede, maka jajaran staf pengajar pun harus mampu mengikuti perkembangan tersebut. “Artinya harus tetap dan terus belajar, dan tidak cukup dari literatur lama,” tandas Dede.
BACA Juga: Dede Farhan Aulawi Sampaikan Pendidikan Politik di HIMI PERSIS Kota Bandung
Sementara sesepuh pondok pesantren, KH Sopandi mengungkapkan awal berdirinya ponpes Al-Majidiyah Sumedang ini. Dia menyampaikan bahwa pada awalnya ponpes ini dirintis oleh KH Abdul Majid bin Salhari pada tahun 1925, sebagai tajug tempat orang-orang sektar mengaji.
Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa untuk mempertahankan pengajaran tradisional, pesantren ini mengklasifikasikan kurikulum kegiatan pengajaran kitab menjadi 7 tingkatan sesuai dengan tingkatan santri.
Ketujh tingkatan tersebut yakni:
- Tingkat Isti’dad (nadhoman fikih, Tuhfatul Athfal (tajwid), baca tulis Al-Qur’an, dan nadhoman tauhid).
- Tingkat ‘Ula A (Safinah, Tijan Darori, Ahlaq lil Banin, Jurumiyah dan Al-Ada wal Qiroat).
- Tingkat ‘Ula B (Fathul Qarib, Sanusiyah, Akhlaq lil Banin, Kailani dan Al-Ada wa al-Qiraat).
- Tingkat Wustho A (Al-Bajuri, Kifayat al ‘Awam, Tafsir Al-Jalalain, Imrithi, Al-Ada wal-Qiraat dan Arbain Nawawiyah).
- Tingkat Wustho B (Fathul Mu’in, Ummul Barahim, Tafsir Al-Jalalain, Mutammimah, Al-Ada wal Qiraat, Bulughul Marom).
- Tingkat Ulya A (‘Ianah Tuttholibin, Sirajut Thalibin, Alfiyah Ibnu Malik dan Riyadussholihin).
- Tingkat Ulya B (Fathul Wahab, Sirajut Thalibin, Alfiyah ibnu Malik, Jauhar Maknun dan Bukhari-Muslim).
“Sebagai wadah untuk mengembangkan sumber daya manusia di dalamnya, maka pondok pesantren Al-Majidiyah menyediakan pilihan ekstrakulikuler yang bisa digeluti para santri, seperti tahsin dan tahfidz Qur’an, takhasus kitab salaf, seni baca Al-Qur’an, khitobah tiga bahasa, praktik ubudiyah, tata boga, menjahit, hadroh, hingga beladiri,” papar KH Sopandi.
Sementara itu, untuk meningkatkan kenyamanan, keberadaan Al-Majidiyah telah dilengkapi oleh fasilitas guna menunjang kegiatan santri sehari-hari, seperti laboratorium komputer, Unit Kesehatan Santri (UKS), kantin, koperasi dan perpustakaan yang dimanfaatkan untuk meningkatkan budaya baca dan menulis.
Diketahui bahwa sejak 2008 Al-Majidiyah menjadi pusat pendidikan agama yang diasuh oleh KH Muslim Mubarok bin KH Sopandi. Para santri datang dari berbagai daerah, siap ditempa untuk menjadi santri yang berbudi pekerti luhur, berakhlakul karimah, yang kelak dapat mengamalkan ilmunya, agar berguna untuk agama, bangsa dan negara.
Ikuti Breaking News setiap hari di Channel WahatsApp sukabumiNews.id dengan Klik Link Saluran WhatsApp
COPYRIGHT © SUKABUMINEWS 2025